Pengalaman Ceramah Umum dan DigiLabs 2020
Assalamualaikum
wr. wb.
Nama saya
Melisya Yamakita dari kelas 8B (absen 21), dan pada tulisan blog saya kali ini, saya akan menceritakan
pengalaman saya pada acara Ceramah Umum dan Dialog Interaktif serta Digilabs
yang diselenggarakan pada Selasa, 29 September lalu. Digilabs adalah acara dari
SMP Labschool Jakarta di mana murid-murid dapat mempelajari lebih dalam
mengenai teknologi. Biasanya, akan diundang pembicara dari luar yang akan
membawa materi. Pada acara Digilabs tahun ini, sekolah telah mengundang 3
pembicara. Saya akan membahas apa yang terjadi di acara tersebut dengan lebih
mendalam di bawah.
Sebelum acara dimulai, diadakan waktu conditioning selama 10 menit mulai dari jam 7. Itu berguna untuk menyiapkan beberapa hal dan menunggu untuk orang-orang datang, namun sebelum itu juga sudah ada banyak orang yang hadir. Kemudian, acara dibuka pada jam 7:10 dengan beberapa sambutan dari Ketua POMG, Kepala Sekolah, dan Kepala BPS. Setelah itu, ada doa sebelum ada perpindahan ke breakout rooms yang berbeda, sesuai dengan kelas.
Acara pertama, yaitu Ceramah Umum dan Dialog Interaktif, mengundang Kak Firman Ramdhani. Dia membawa materi tentang internet, sosial media, dan dampaknya kepada kehidupan sehari-hari. Selain berpresentasi dengan PowerPoint, dia juga menggunakan Mentimeter, di mana murid diberi pertanyaan dan bisa menjawab. Ada beberapa pertanyaan seperti, “Aplikasi apa yang menurut kalian baik digunakan untuk belajar”, “Saat kalian menggunakan media sosial, apa yang kalian rasakan?”, dan “Jika orang tua kalian melihat sejarah pencarian kalian, apa yang mereka akan katakan?”. Pertanyaan seperti itu mengundang murid untuk memberi opini dan jawaban mereka sendiri, dan banyak yang melakukan itu. Setelah pembahasan itu, diadakan istirahat 30 menit. Peserta dapat mematikan kamera, namun harus tetap dalam Zoom. Saat istirahat selesai, semuanya diminta untuk menyalakan kamera lagi untuk memulai acara kedua, yaitu Digilabs.
Pada acara
Digilabs, ada 2 pembicara. Pembicara pertama adalah Kak Ninin Musa. Dia
menceritakan tentang pengalamannya bekerja di bidang sinematografi. Beberapa
karya yang dibuat olehnya juga dikasih lihat untuk semua. Dia menceritakan
tentang bedanya kerja pada zaman pandemi, contohnya adalah saat casting dan
shooting. Pada zaman sebelum pandemi, sangat gampang untuk mengumpulkan
banyak orang. Semua bisa diuji dengan lebih mudah. Namun, sekarang itu sangat
berbeda. Karena tak boleh ada banyak orang, mereka harus melakukan beberapa
proses terlebih dahulu sebelum memilih orang. Saat ingin melakukan casting tatap
muka juga sulit, karena protocol kesehatan yang mewajibkan penggunaan masker.
Karena itu, tidak bisa melihat ekspresi orang yang sedang diuji, dan dalam
pembuatan film, kemampuan aktor / aktris untuk bersikap ekspresif itu penting.
Itu membuat proses casting lebih sulit. Ditambah dengan keadaan PSBB di
Jakarta, banyak orang ingin melakukan kerja di luar Jakarta supaya tidak
terkena peraturan PSBB, namun itu tidak gampang karena memang banyak orang
berada di situ. Setelah itu, murid-murid diberi kesempatan untuk bertanya.
Pembicara
kedua adalah Kak Deswara Aulia. Dia menceritakan tentang pengalamannya bekerja
di bidang animasi. Beberapa karya darinya juga ditampilkan. Dia membahas
tentang aspek-aspek penting untuk membuat video yang menarik, seperti special
effects. Para murid diberikan tantangan untuk membuat video tentang
mengajak orang-orang masker saat pandemi. Video boleh berbentuk video selfie
(video diri sendiri) atau video animasi. 5 murid yang membuat video terbaik
akan diberikan hadiah. Setelah pembicaraan tentang animasi dan hal-hal terkait,
diadakan sesi tanya-jawab bagi murid lagi.
Menurut saya, acara ini dapat meningkatkan ketertarikan dan pengetahuan murid tentang topik-topik tersebut. Jika siswa-siswi memang tertarik dengan hal seperti ini, mereka pasti akan sangat menikmati ini. Sekian dari saya, terima kasih telah membaca.
Wow keren liputannya. Terima kasih sudah mengerjakan tugasnya dengan sangat baik
ReplyDelete