Pengalaman Acara Maulid Nabi, Loketa, dan Bulba

 Assalamualaikum wr. wb.

 

Nama saya Melisya Yamakita dari kelas 8B (absen 21), dan pada tulisan blog saya yang ini, saya akan menceritakan pengalaman saya pada acara Maulid Nabi (untuk siswa-siswi Muslim, bagi yang beragama Hindu ada acara Dharma Tula), Lomba Keterampilan Agama (Loketa), dan Bulan Bahasa (Bulba) yang dilaksanakan pada 26 Oktober 2020.

 




Saya melaksanakan aktivitas pagi seperti biasa sebelum masuk Zoom Maulid Nabi. Walaupun acara seharusnya dimulai jam 7, saya telah memasuki Zoom sebelum jam itu, dan juga sudah ada beberapa orang yang hadir. Namun, karena harus menunggu pembicara (Ustadz) untuk hadir, acara baru dimulai hanya pada jam 7:15. Acara dimulai dengan pembukaan dari MC OSIS, tilawah dari Rizky dan Nayra dari Rohis, dan sambutan dari ketua POMG, kepala sekolah, dan kepala BPS. Sebagai OSIS, saya diberikan tugas untuk mengabsen salah satu kelas, jadi saya juga sambil bertugas dalam acara ini.




Setelah itu, materi hari ini akhirnya dimulai, yaitu sebuah ceramah dari Ustadz Usaid Fatahurrahman. Ceramah tersebut bertema tentang mendekatkan diri ke Rasulullah SAW. Setelah ceramah selesai, seluruh peserta acara diberikan waktu istirahat 35 menit sebelum acara berikutnya, yaitu Loketa dan Bulba. Loketa dan Bulba memiliki beberapa jenis lomba. Loketa memiliki lomba azan, kaligrafi, da’i, komik Islami, MTQ, dan tahfidz. Bulba memiliki lomba menulis cerpen, membaca puisi, debat, fotu, poster, dan pidato.  


Dalam Loketa dan Bulba, juga ada “supporter” yaitu murid yang tidak mengikuti lomba apapun pada kedua acara tersebut. Peserta dan supporter lomba debat diminta untuk tetap di Zoom yang sama karena itu akan menjadi tempat pelaksanaannya, dan peserta dan supporter untuk lomba lain diminta untuk meninggalkan Zoomnya karena sudah disiapkan Zoom lain untuk mereka.

 

Saya mengikuti lomba pidato, jadi saya meninggalkan Zoom. Di waktu istirahat, saya mempersiapkan diri untuk berpidato nanti. Saya membaca naskah dan memikirkan tentang hal-hal yang harus dilakukan saat berpidato. Saat sudah mendekati jam 09:00, yaitu waktu di mana lomba-lomba akan mulai.

 

Saat memasuki Zoom untuk lomba pidato, saya sudah dapat melihat beberapa peserta lain dan supporter. Juri-juri pun sudah ada, dan siap untuk melihat. Nomor urut peserta saya adalah 10, jadi saya bisa melihat peserta lain dulu. Saya memastikan bahwa persiapan saya telah matang saat saya dipanggil untuk berpidato.

 

Pada lomba pidato, peserta diberikan 3 topik, dan mereka bisa memilih salah satu untuk pidato mereka. Topik tersebut adalah semangat perjuangan, pentingnya kesehatan, dan membangun semangat kemampuan diri. Saya memilih topik ketiga.

 

Pada pidato, saya berbicara tentang kepentingan kemampuan diri, dan bahwa semua orang memilikinya. Namun, belum tentu semua menyadarinya. Saya memberikan beberapa contoh tentang keuntungan menggunakan kemampuan diri, seperti seorang komikus yang dapat membuat orang senang dengan karyanya, dan dokter yang dapat membantu orang lain. Saya juga berkata bahwa kesadaran akan kemampuan diri itu berbeda bagi orang-orang, dalam aspek waktu penyadaran dan bidang kemampuan. Saya juga menceritakan tentang kisah Franz Liszt, seorang pianis terkenal pada abad ke-19 yang sempat hilang motivasi untuk menggunakan kemampuan dirinya dalam bermain piano, namun ia menemukan seorang idola baginya, yaitu Niccolò Paganini, seorang pemain biola yang terkenal. Paganini sangat hebat, dan itu menginspirasi Liszt untuk menjadi “Paganini bagi piano”. Inspirasi tersebut membuatnya termotivasi lagi, dan karena kerja kerasnya dia menjadi pianis yang sangat pandai dan sering dijuluki sebagai pianis terbaik di dunia. Dengan cerita ini, saya berharap dapat menginspirasi para pendengar untuk berusaha keras dengan kemampuan diri mereka. Saya mengakhiri pidato dengan ajakan pada semua pendengar untuk mengenali kemampuan diri dan selalu coba untuk termotivasi dan mengasahnya.

 

Setelah saya selesai berpidato, saya menonton peserta lain. Saat semua peserta sudah selesai, Zoom untuk lomba pidato dibubarkan, dan peserta maupun supporter di sana diminta untuk kembali ke Zoom sebelumnya untuk menonton debat. Untuk lomba lain ini juga terjadi saat sudah selesai, jadi lama-lama banyak yang kumpul di Zoom tersebut. Saat saya masuk, waktunya sudah mulai mendekati semifinal. Setelah seminifinal, diadakan final, di mana topiknya adalah penghapusan UN.

 

Setelah final selesai, Zoom dibubarkan. Menurut saya, acara ini bermanfaat, karena pada acara Maulid Nabi murid-murid dapat mempelajari lebih tentang agama, dan pada acara Loketa dan Bulba murid-murid dapat melatih keterampilannya dalam hal-hal yang dilombakan. Dengan pengalaman ini, mereka dapat berlatih dalam banyak bidang, contohnya melatih kemampuan berpidato, menulis cerpen, membaca puisi, azan, kaligrafi, tahfidz, MTQ, dan lain-lainnya. Sebagai orang yang menyukai mengikuti lomba, saya senang mendapatkan kesempatan ini. Saya merasa bahwa ini telah membantu kemampuanku dalam berpidato, dan saya berharap untuk para peserta lomba juga mendapatkan keuntungan dari ini.

Sebelum saya mengakhiri blog ini, ini adalah beberapa foto dari lomba Loketa dan Bulba yang diambil dari IG OSIS (@osissmplabsjkt).




Sekian dari blog saya, terima kasih sudah membaca.

 

Wassalamualaikum wr. wb.

 

 

 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kolaborasi dalam Masyarakat Digital

Liburan saat Pandemi

Latihan Bab 3